05 Nov 2008 -
Pembentukan kata lebih lanjut
Pembentukan
kata lebih lanjut ialah pembentukan kata turunan yang melalui proses morfologi
bahasa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasarnya. Proses ini
mempengaruhi kosakata yang lain. Proses pembentukan itu ada tiga macam yaitu
pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan.
Pembentukkan Kata - kata yang diawali oleh konsonan hambatan tak
bersuara (/p, /t, /k) dan geseran apiko-alveolar (/s) jika mendapat awalan
meng- atau peng- fonem tersebut akan hilang atau luluh. Contoh : sanjung menjadi menyanjung dan penyanjung, dan
tikung menjadi menikung dan penikung.
Contoh
Kalimat : Robert adalah penyanjung
hati perempuan yang hebat.
Valentino
menikung dengan tajamnya di belokan itu.
Pembentukkan Kata serapan yang diawali dengan konsonan
hambatan bila tak bersuara (/p/) jika mendapat awalan meng- dan peng- atau
peng-an maka kata – kata tersebut diperlakukan sama dengan kata-kata dalam
bahsa Indonesia yang lain. Contoh : pancing
menjadi memancing dan pemancingan.
Contoh
Kalimat : Budi memancing di sungai
dekat sawah.
Sartono bekerja di
pemancingan pak Sudi.
Pembentukkan Kata serapan yang diawali dengan konsonan
hambatan apiko dental tak bersuara (/t/) jika dibentuk dengan awalan meng- dan
peng-an maka akan ada kata yang belum berterima. Contoh : kata tarung
menjadi mengarungi dan pengarungan,
Contoh
Kalimat : Laksamana mengarungi lautan
dengan bangganya.
Pengarungan lautan
oleh Sri akan segera berakhir.
Penyesuaiaan konsonan geseran
labio-dental tak bersuara (/f/) menjadi /p/ disesuaikan dengan system fonologi
bahasa Indonesia. Kata akan mengalami penghilangan atau luluh apabila sudah disesuaikan
menjadi /p/, sedang apabila tetap /f/ maka akan mendapat sengauan yang
homorgan, yaitu /m/. Contohnya : pulang menjadi memulangkan dan pemulangan; fokus menjadi memfokuskan dan pemfokusan.
Contoh
Kalimat : Pemerintah Arab memulangkan
ratusan TKW asal Indonesia.
Pemfokusan
pembongkaran di daerah depok menjadi prioritas utama.
Beberapa
kata dari konsonan hambatan dorso-velar tak bersuara /k/ akan luluh apabila
mendapat awalan meng atau konfiks peng-an. Contoh : kunci menjadi mengunci dan penguncian,
dan kaca menjadi mengaca dan pengacaan.
Contoh
Kalimat : Penguncian pagar besi
dilakkukan pak Sujanto agar tidak kemalingan.
Lucunya monyet itu
mengaca pada pecahan kaca disana.
Pembentukkan Kata-kata serapan yang
diawali dengan fonem geseran apiko-dental tak bersuara /s/ ada yang mengalami
peluluhan ada yang tidak. Contoh : setir akan menjadi menyetir dan penyetiran,
dan suara menjadi menyuara dan penyuaraan.
Contoh
Kalimat : Menyetir mobil bukanlah
perkara mudah.
Penyuaraan pasangan
Capres akan segera berakhir.
Pembentukkan Kata-kata yang masih
terasa asing mendapat perlakuan yang berbeda, contohnya pada kata “sinkrun” dan
“sistematis”, jika mendapat awalan meng- dan peng-an menjadi mensinkrunkan dan pensinkrunan, mensistematiskan
dan pensistematisan.
Contoh
Kalimat : Sangat susah mensinkrunkan
gerakan kita.
Pensistematisan
pengajaran sekarang sangatlah rumit.
Pembentukkan Kata dasar serapan yang
diawali oleh gugus konsonan /pr/ jika mendapat awalan meng- /p/ tidak luluh,
tetapi jika mendapat konfiks peng-an /p/-nya luluh. Contoh : parodi menjadi memparodikan (tidak luluh) dan pemarodikan
(luluh), program menjadi memprogram (tidak luluh) dan pemrograman (luluh).
Contoh
Kalimat : Pemrograman dengan compiler
ini sedikit rumit.
Joyo memparodikan
film yang dia suka dengan bersemangatnya.
Pembentukkan Kata serapan yang diawali
dengan gugus /kr/ konsonannya tidak hilang bila mendapat awalan meng- contoh : kristal menjadi mengkristal,
kritik menjadi mengkritik , tetapi apabila mendapat awalan peng- maka /k/ itu
lebur, Contoh : kristal menjadi pengristalan, dan kritik menjadi pengritik.
Contoh
Kalimat : Pengristalan yang terjadi
pada zat cair itu sangatlah cepat.
Pengriting rambut
itu sangat mahal.
Pembentukkan Kata-kata serapan yang
diawali dengan gugus konsonan /tr/, /st/, /sk/, /sp/, /pl/, /kl/, konsonan yang
awalnya tidak pernah mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan
meng-, peng, maupun konfiks peng-an. Contoh :
· /tr/ traktir menjadi mentraktir
dan pentraktir.
Contoh : Tomo menjadi pentraktir kami ketika sedang berpesta.
· /st/ stabil menjadi menstabilkan,
penstabil dan penstabilan.
Contoh : Penstabilan jalur Surabaya – Lamongan berlangsung
dengan baik.
· /sk/ skala menjadi menskalakan, penskala dan penskalaan.
Contoh
: Sujanto menskalakan peta yang baru kita temukan.
· /sp/ sponsor menjadi mensponsori,
pensponsor dan pensponsoran.
Contoh
: Pensponsor program ini sangatlah baik.
· /pl/ plester menjadi memplester,
pemplester dan pemplesteran.
Contoh
: Budi menjadi pemplester jembatan yang rusak itu.
· /kl/ kliping menjadi mengkliping,
pengkliping, dan pengklipingan.
Contoh : Mengkliping itu bukanlah pekerjaan mudah.
Kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan
yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan atau
geseran tak bersuara, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pernah lebur
apabila mendapat awalan meng- atau peng-. Kata-kata serapan itu dapat mengalami
proses pengulangan. Contoh : traktor-traktor,
komputer-komputer. Kata –kata serapan tidak dapat mengalami perulangan
sebagian yang berupa dwipurna atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan
konsonan awal padda suku ulangannya juga tidak luluh. Contoh : mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik.
Contoh Kalimat : Buku-buku
itu dibiarkan berserakan dimana-mana.
Pangeran
menyanjung-nyanjung putri dengan romantisnya.